Tentang Pro-U Media

My photo
Kami sebuah penerbit buku-buku islami yang insya Allah terus berupaya menggugah dan menginspirasi hidup Anda. Terus mencerahkan dan mencerdaskan umat dan bangsa. Berdiri pada 2003 di Yogyakarta, sebagai wadah para aktivis masjid dn kampus. Pro-U Media berdiri dengan mengedepankan gagasan; bukan nama besar penulis. Penulis-penulis yang bergabung ke Pro-U mayoritas memulai dari nol.

Tuesday, September 23, 2008

Jalan Cinta Para Pejuang karya Salim A. Fillah


Kutipan salah satu bab di dalam buku ini
Sergapan Rasa Memiliki

..milik nggendhong lali..
rasa memiliki membawa kelalaian
-peribahasa Jawa-

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.


Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.

”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”
♥♥♥

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.
Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan..

Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis..

Source: buku baru Salim A. Fillah : Jalan Cinta Para Pejuang/Gairah/Sergapan Rasa Memiliki, by Pro-U Media 2008, Harga Rp. 55.000,-

9 Komentar:

Anonymous said...

Assalamu'alaykum warohmatullah.

Merinding membaca sinopsisnya. Kayanya pantas dibaca sampai tuntas nih.

Btw, saya baru saja menemukan situs ini. Waktu membaca tulisan di sidebar tentang "Punya Ide Untuk Dibukukan?", saya sedikit menyesal, rupanya saya ketinggalan berita. Kemarin (Selasa, 4 Nov 08) saya baru saja mengantarkan naskah nonfiksi ke Pro U Media. Naskah saya tersebut rupanya tidak sama dengan syarat naskah yang diminta Pro U. Apakah naskah saya masih akan diseleksi ya?

Naskah yang saya kirimkan: ukuran A4 panjang halaman 65 spasi 1,5 font verdana 10. Jika saya ubah sesuai dengan ketentuan, yaitu font Times 12 spasi 2, maka panjang halaman menjadi 95, masih kurang 5 halaman dari syarat minimal.

Naskah yang saya tulis tentang kehamilan, melahirkan, dan mengurus bayi. Saya lihat tulisan ini masih jarang, jadi saya beranikan diri untuk mengirimkannya ke Pro U. Kini saya sedang mendukung jawaban dari Pro U yang katanya paling lambat tiga bulan akan dikabari via phone, jika naskah memenuhi syarat untuk diterbitkan. Mohon konfirmasi ke email jika naskah saya telah masuk ke bagian redaksi, karena kemarin saya tidak bisa menemui bagian redaksi, dan hanya diterima oleh salah satu staf di Pro U. (Saat itu lagi pada istirahat siang...)

Jazakumullah khoyron katsiir.

Regards,
Ummu Syifa Jauza
umisyifa[at]gmail[dot]com

Ratna '08 said...

Assalamu'alaykum...
Mas, buku nya ada bonus CD Farhul Jihad ya..???
Kok waktu saya beli, nggak dapet CD-nya...???

asri.w said...

Assalamu'alaikum
Subhanallah,,,,,PRO U memang penerbit idamaan ane skali""""Bayangkan aja (klo g kbayang jangan dipaksain yaa khwatir konslet,,,he2).Alhmdlah ane sdh mbaca buku Jalan Cinta Para Pejuang,ane beli pas di BOOK FAIR'09 kamrin bulan maret.Belinya pun langsung di stand PRO U nya,jd skalian dapet promosi lengkap deh dari mas2 yg jaganya.Dengan logat medok wong jogjAnya ane jd smakin yakin u/membeli buku ini.Halaman demi halamn ane lalui dengan jiwa penuh tertanam komitmen bahwa ane ja sedang merintis Jalan pnuh cinta ini!!!!Ada smngat yang mgalir lewat kata2 yg di tulis Salim.A.Fillah...dan snggauh bermanfaat u/ane kdepanya ditengah jiwa yang mcoba u/bangkit.pkokke ini buku BEST SELLER deh.ada yg hampa klo blum baca ini buat yg merasa dan ngaku jd para pjuang.

Anonymous said...

Assalamualaikum...
Saya pelajar Malaysia dan study di United Kingdom...
macam mana nggak beli buku ini?

ghiyats said...

Aslkm wr wb
I like this....
Pengorbananmu wahai Salman telah menyentuh hati kami...
Syukron ya Kang, sdh mengutip kisah ini

Agus Sutopo said...

Assalamulaykum wrwb,..
Sebuah buku yang sangat bagus,..

LRobbani said...

Assalamualaikum..

Salam kenal semuanya, saudara/i ku di jalan allah, Saya Ibnu Naajah. semoga Allah dapat menjadikan kita saudara sampai ke syurganya kelak. Aamiin.

Belajar Blog said...

Subhanallah,, Keren deh

hibaten said...

salim a fillah TOP BGT

Post a Comment

Silakan tebarkan pesan memesonamu di sini ya...